DIBALIK SHALAT KHUSYU' NYA RASULULLAH SAW
Siapa sih orang yang paling khusyu’ shalatnya di dunia ini? Pasti kita sepakat menjawab bahwa nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling khusyu’ dalam shalat. Maka definisi dan standarisasi khusyu’ yang benar hanyalah semata-mata yang paling sesuai dengan shalat beliau.
Kita tidak dibenarkan untuk membuat definisi dan standar shalat khusyu’ sendiri menurut logika serta khayal kita. Sebab nanti akan muncul ribuan bahkan jutaan definisi shalat khusyu’ yang sangat beragam, bahkan satu dengan lainnya saling bertolak-belakang.
Padahal satu-satunya rujukan dalam masalah shalat hanyalah apa yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Bahkan beliau tegaskan lagi dengan sabdanya, "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat."
Maka gambaran shalat khusyu’ itu perlu kita pahami secara lebih luas, tidak terbatas pada bentuk-bentuk yang selama ini umumnya dipahami orang. Sebab kenyataannya begitu banyak fakta yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW melakukan shalat dengan berbagai keadaan, di antaranya:
Rasulullah SAW pernah shalat sambil menggendong bayi
Rasulullah SAW pernah memperlama sujudnya, karena ada cucunya yang naik ke atas punggungnya
Rasulullah SAW pernah mempercepat shalatnya saat menjadi imam, hanya lantaran beliau mendengar ada anak kecil menangis
Rasulullah SAW memerintahkan orang yang shalat untuk mencegah seseorang lewat di depannya, bahkan menghalanginya.
Rasulullah SAW pernah memerintahkan orang yang shalat untuk membunuh ular serta hewan liar lainnya.
Rasulullah SAW saat menjadi imam pernah lupa gerakan shalat tertentu, bahkan salah menetapkan jumlah bilangan rakaat, sehingga beliau melakukan sujud sahwi.
Rasulullah SAW mensyariatkan fath kepada makmum bila mendapati imam yang lupa bacaan atau gerakan, sedangkan buat jamaah wanita cukup dengan bertepuk tangan
Rasululah SAW mengajarkan shalat khauf dengan berjamaah yang gerakannya sangat unik dan jauh dari kesan khusyu’
Rasulullah SAW pernah melakukan shalat di atas kendaraan (hewan tunggangan/ unta) yang berjalan, baik shalat wajib maupun shalat sunnah, beliau membiarkan tunggangannya menghadap kemana pun
Rasulullah SAW pernah memindahkan tubuh atau kaki isterinya saat sedang shalat karena dianggap menghalangi tempat shalatnya
Rasulullah SAW mengajarkan orang yang shalat untuk menjawab salam dengan isyarat
Dengan semua fakta di atas, masihkah kita akan mengatakan bahwa shalat khusyu’ itu harus selalu berupa kontemplasi ritual tertentu?
Haruskah shalat khusyu’ itu membuat pelakunya seolah meninggalkan alam nyata menuju alam ghaib tertentu, lalu bertemu Allah SWT seolah pergi menuju sidratil muntaha bermikraj? Dimaknai secara berlebihan hingga menyulitkan diri sendiri ?.
Benarkah shalat khusyu’ itu harus membuat seseorang tidak ingat apa-apa di dalam benaknya, kecuali hanya ada wujud Allah saja? Benarkah shalat khusyu’ itu harus membuat seseorang bersatu kepada Allah SWT? Dan berbagai konsepsi lainnya.
Kalau kita kaitkan dengan realita dan fakta shalat nabi SAW sendiri, tentu semua asumsi itu menjadi tidak relevan, sebab nabi yang memang tugasnya mengajarkan kita untuk shalat, ternyata shalatnya tidak seperti yang dibayangkan.
Rasulullah SAW diriwayatkan bahwa beliau pernah shalat sampai bengkak kakinya, dalam Tahajud, maka itu bukan shalat wajib, melainkan shalat sunnah. Dan panjangnya shalat beliau karena beliau membaca ayat-ayat Al-Quran dengan jumlah lumayan banyak. Tentunya dengan fasih dan tartil.
Bahkan beliau pernah membaca surat Al-Baqarah (286 ayat), surat Ali Imran (200 ayat) dan An-Nisa (176ayat) hanya dalam satu rakaat. Untuk bisa membaca ayat Quran sebanyak itu, tentu seseorang harus ingat dan hafal apa yang dibaca, serta tentunya memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalam tiap ayat itu.
Kalau yang membacanya sibuk ‘berkontemplasi dengan dunia ghaib’, maka tidak mungkin bisa membaca ayat sebanyak itu.
Maka shalat khusyu’ itu adalah shalat yang mengikuti nabi SAW, baik dalam sifat, rukun, aturan, cara, serta semua gerakan dan bacaannya. Bagaimana nabi SAW melakukan shalat, maka itulah shalat khusyu’.
Di dalam surat Al-Mu’minun disebutkan beberapa ciri orang beriman. Salah satunya adalah apabila shalat, maka shalatnya itu khusyu’. Kutipannya sebagai berikut:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Telah beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang di dalam shalatnya khusyu’. (QS. Al-Mu’minun: 1-2)
Mengingat Allah SWT adalah tujuan Shalat, maksudnya mengingat-Nya dan membesarkan Syariat Allah didalam kehidupan.
Dan benar meresapi makna shalat didalam hatinya, dan hatinya secara mantap mengetahui hakikat kedudukan Allah SWT didalam kehidupan, sehingga akan tampak dalam kehidupan sehari-hari ia membesarkan Allah SWT hingga selalu didalam ketaatan dan menjauhi larangan karena-Nya.
Semoga Allah SWT membimbing kita untuk senantiasa didalam kekhusyu'an dalam Shalat, sehingga berdampak positif sesuai Syariat didalam kehidupan, Aamiin Yaa Robbal 'alamiin.
Siapa sih orang yang paling khusyu’ shalatnya di dunia ini? Pasti kita sepakat menjawab bahwa nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling khusyu’ dalam shalat. Maka definisi dan standarisasi khusyu’ yang benar hanyalah semata-mata yang paling sesuai dengan shalat beliau.
Kita tidak dibenarkan untuk membuat definisi dan standar shalat khusyu’ sendiri menurut logika serta khayal kita. Sebab nanti akan muncul ribuan bahkan jutaan definisi shalat khusyu’ yang sangat beragam, bahkan satu dengan lainnya saling bertolak-belakang.
Padahal satu-satunya rujukan dalam masalah shalat hanyalah apa yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Bahkan beliau tegaskan lagi dengan sabdanya, "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat."
Maka gambaran shalat khusyu’ itu perlu kita pahami secara lebih luas, tidak terbatas pada bentuk-bentuk yang selama ini umumnya dipahami orang. Sebab kenyataannya begitu banyak fakta yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW melakukan shalat dengan berbagai keadaan, di antaranya:
Rasulullah SAW pernah shalat sambil menggendong bayi
Rasulullah SAW pernah memperlama sujudnya, karena ada cucunya yang naik ke atas punggungnya
Rasulullah SAW pernah mempercepat shalatnya saat menjadi imam, hanya lantaran beliau mendengar ada anak kecil menangis
Rasulullah SAW memerintahkan orang yang shalat untuk mencegah seseorang lewat di depannya, bahkan menghalanginya.
Rasulullah SAW pernah memerintahkan orang yang shalat untuk membunuh ular serta hewan liar lainnya.
Rasulullah SAW saat menjadi imam pernah lupa gerakan shalat tertentu, bahkan salah menetapkan jumlah bilangan rakaat, sehingga beliau melakukan sujud sahwi.
Rasulullah SAW mensyariatkan fath kepada makmum bila mendapati imam yang lupa bacaan atau gerakan, sedangkan buat jamaah wanita cukup dengan bertepuk tangan
Rasululah SAW mengajarkan shalat khauf dengan berjamaah yang gerakannya sangat unik dan jauh dari kesan khusyu’
Rasulullah SAW pernah melakukan shalat di atas kendaraan (hewan tunggangan/ unta) yang berjalan, baik shalat wajib maupun shalat sunnah, beliau membiarkan tunggangannya menghadap kemana pun
Rasulullah SAW pernah memindahkan tubuh atau kaki isterinya saat sedang shalat karena dianggap menghalangi tempat shalatnya
Rasulullah SAW mengajarkan orang yang shalat untuk menjawab salam dengan isyarat
Dengan semua fakta di atas, masihkah kita akan mengatakan bahwa shalat khusyu’ itu harus selalu berupa kontemplasi ritual tertentu?
Haruskah shalat khusyu’ itu membuat pelakunya seolah meninggalkan alam nyata menuju alam ghaib tertentu, lalu bertemu Allah SWT seolah pergi menuju sidratil muntaha bermikraj? Dimaknai secara berlebihan hingga menyulitkan diri sendiri ?.
Benarkah shalat khusyu’ itu harus membuat seseorang tidak ingat apa-apa di dalam benaknya, kecuali hanya ada wujud Allah saja? Benarkah shalat khusyu’ itu harus membuat seseorang bersatu kepada Allah SWT? Dan berbagai konsepsi lainnya.
Kalau kita kaitkan dengan realita dan fakta shalat nabi SAW sendiri, tentu semua asumsi itu menjadi tidak relevan, sebab nabi yang memang tugasnya mengajarkan kita untuk shalat, ternyata shalatnya tidak seperti yang dibayangkan.
Rasulullah SAW diriwayatkan bahwa beliau pernah shalat sampai bengkak kakinya, dalam Tahajud, maka itu bukan shalat wajib, melainkan shalat sunnah. Dan panjangnya shalat beliau karena beliau membaca ayat-ayat Al-Quran dengan jumlah lumayan banyak. Tentunya dengan fasih dan tartil.
Bahkan beliau pernah membaca surat Al-Baqarah (286 ayat), surat Ali Imran (200 ayat) dan An-Nisa (176ayat) hanya dalam satu rakaat. Untuk bisa membaca ayat Quran sebanyak itu, tentu seseorang harus ingat dan hafal apa yang dibaca, serta tentunya memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalam tiap ayat itu.
Kalau yang membacanya sibuk ‘berkontemplasi dengan dunia ghaib’, maka tidak mungkin bisa membaca ayat sebanyak itu.
Maka shalat khusyu’ itu adalah shalat yang mengikuti nabi SAW, baik dalam sifat, rukun, aturan, cara, serta semua gerakan dan bacaannya. Bagaimana nabi SAW melakukan shalat, maka itulah shalat khusyu’.
Di dalam surat Al-Mu’minun disebutkan beberapa ciri orang beriman. Salah satunya adalah apabila shalat, maka shalatnya itu khusyu’. Kutipannya sebagai berikut:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Telah beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang di dalam shalatnya khusyu’. (QS. Al-Mu’minun: 1-2)
Mengingat Allah SWT adalah tujuan Shalat, maksudnya mengingat-Nya dan membesarkan Syariat Allah didalam kehidupan.
Dan benar meresapi makna shalat didalam hatinya, dan hatinya secara mantap mengetahui hakikat kedudukan Allah SWT didalam kehidupan, sehingga akan tampak dalam kehidupan sehari-hari ia membesarkan Allah SWT hingga selalu didalam ketaatan dan menjauhi larangan karena-Nya.
Semoga Allah SWT membimbing kita untuk senantiasa didalam kekhusyu'an dalam Shalat, sehingga berdampak positif sesuai Syariat didalam kehidupan, Aamiin Yaa Robbal 'alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar